Jelang Nataru 2024, Nusa Pers Ajak Pemuda Antisipasi Aksi Radikal dan Terorisme

JAKARTA – Perhimpunan Pers Mahasiswa Nusa Pers mengajak pemuda untuk selalu mewaspadai isu radikal dan aksi terorisme menjelang Tahun Baru 2024. Dalam Podcast terbaru Nusa Pers mengundang pengamat intelejen dan terorisme, Stanislaus Riyanta.

Terkait dengan terorisme, Stanislaus Riyanta menyatakan bahwa agama bukan penyebab teror, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada orang atau kelompok tertentu yang memanfaatkan simbol agama sebagai daya tarik agar masyarakat bergabung dengan kelompok tersebut. Radikalisme juga tidak bisa dilihat dari penampilan fisik, karena radikalisme adalah suatu pemikiran yang baru bisa diketahui jika orang tersebut diajak dialog, menyampaikan pendapat, atau melakukan suatu tindakan.

Menurutnya, saat ini media sosial menjadi “shortcut to terrorism”. Konten tentang radikalisme menyebar melalui media sosial dan mempengaruhi generasi muda. Pernyataan “shortcut to terrorism” ini sekaligus mengkritik teori “staircase to terrorism” yang dicetuskan oleh Fathali M. Moghaddam.

“Saya kan juga meneliti tentang radikalisme, bersahabat baik dengan banyak sekali mantan napiter dan sering mewawancarai mereka ketika masih radikal. Saya menganggap mereka korban-korban doktrinasi, ideologi yang salah sehingga mereka meyakini bahwa apa yang mereka lakukan itu benar. Nah, teroris itu meyakini benar apa yang mereka lakukan itu benar, dan apa yang mereka lakukan itu mulia, ini repotnya karena sudah didoktrin lama,” ujar Riyanta.

Riyanta menambahkan bahwa sebagai anak muda pegiat media sosial dan masyarakat umum harus mampu mencerna dan tak menelan bulat-bulat setiap informasi yang ada tanpa melakukan verifikasi terhadap kebenaran berita tersebut. Ia juga mengajak agar anak-anak muda supaya tidak terpapar radikalisme.

“Kenali perbedaan itu sebagai anugerah, sebagai bukti kebesaran negara kita. Kita hadapi dengan syukur. Jangan mau dipancing-pancing oleh orang yang anti perbedaan, itu yang pertama. Kedua, belajar agama yang benar. Jangan orang yang sok baru masuk agama langsung ngajak melakukan kekerasan, membenci yang berbeda. Pokoknya kalau sudah ada yang ngajarin-ngajarin untuk membenci pemerintah, tinggalin. Udah pasti nggak benar,” pungkasnya.

Diterbitkan oleh rinitimur

Bebas Berekspresi Untuk Majukan Bangsa

Tinggalkan komentar